16 August 2010

Muhammad Syahrur

Muhammad Syahrur ibn Daib lahir di Damaskus, Syiria,11 April 1938. pendidikannya diawali di sekolah Ibtidaiyah, Iddadiyah dan Tsanawiyah, di Damaskus. Syahrur memperoleh ijazah Sanawiyah di Abdurrahman al-kawakib (1957). pada tahun 1958 dengan beasiswa dari pemerintah Damaskus, Syahrur hijrah ke Uni Soviet untuk studi teknik sipil di Moskow dan menyelesaikan diplomanya pada 1964. di tahun 1965, syahrur kembali ke Syiria dan mengajar di Universitas Damaskus. Kemudian oleh pihak universitas, ia dikirim ke Irlandia untuk studi pascasarjana dalam spesialisasi mekanika tanah dan teknik fondasi pada Ireland National University. Gelar Master of Science diperoleh pada 1969, dan gelar Doktor pada 1972. Syahrur, hingga sekarang, masih tetap tercatat sebagai tenaga edukatif pada fakultas teknik sipil Universitas Damaskus tersebut dalam bidang mekanika tanah dan geologi.
Namun, Syahrur yang berlatar belakang teknik, ternyata meminati juga secara mendalam masalah-masalah keislaman. Hal ini sebagaimana diwujudkannya dalam Al-Kitab wa al-Qur‘an. Buku inilah sebenarnya yang telah membuat namanya melejit dalam kancah blantika pemikiran islam. Renungan dalam buku ini ternyata tidak tanggung-tanggung, sebab ditulisnya waktu yang cukup lama, 20 tahun Di bidang spesialisasinya sendiri, Syahrur sebetulnya juga termasuk menonjol, khususnya di negaranya sendiri, sebab pada 1972, bersama rekan-rekannya, ia membuka biro konsultasi teknik Dar al-Istisyarat al-Handasiyah di Damaskus, dan kemudian pada 1982-1983 kembali fihak universitas mengirimnya ke luar negeri sebagai tenaga ahli pada Al-Saud,Arab Saudi.

Fase-fase pemikiran Syahrur
Fase ini bermula saat syahrur mengambil jenjang magister dan doktol dalam bidang tekhnik sipil di universitas nasional irlandia di dublin. Fase ini adalah fase kontemplasi dan peletakan dasar pemahamannya dan istilah-istilah dasar al-Qur’an sebagai az-Zikr. Dalam fase ini belum membuahkan hasil pemikiran terhadap az-Zikr. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemikiran-pemikiran taklid yang diwariskan dan ada dalam khazanah karya islam lama dan modern, disamping cenderung pada islam sebagai ideologi (aqidah) baik dalam bentuk kalam maupun fiqh mazhab. Selain itu, dipengaruhi oleh konteks sosio-kultur masyarakat yang melingkupi ketika itu.
Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, syahrur mendapati beberapa hal yang selama ini dianggap sebagai dasar islam, namun ternyata bukan, karena ia tak mampu menampilkan pandangan islam yang murni dalam menghadapi tantangan abad 20. menurutnya, hal itu dikarenakan dua hal: pertama, pengetahuan tentang akidah islam yang diajarkan di madrasah-madrasah beraliran mu’tazili atau asy’ari. kedua, pengetahuan tentang fiqh yang diajarkan di madrasah-madrasah beraliran maliki, hanafi, hambali syafi’I ataupun ja’fari. Menurut Syahrur, apabila penelitian modern dan ilmiah masih terkungkung oleh kedua hal tersebut, maka studi islam berda pada titik yang rawan.
Lebih Jelasnya silahkan Download Selengkapnya
  • DISINI
  • 0 komentar:

    Post a Comment