17 August 2010

Kepompong Kupu-kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Orang itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya kupu-kupu itu telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya. Namun, kupu-kupu itu mempunyai tubuh gembung dan kecil serta sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu itu, yang mungkin akan berkembang.

Namun semuanya tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya mohon Kekuatan ... Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.

Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon Kemakmuran ... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.

Saya memohon Keteguhan hati ...Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.

Saya memohon Cinta ... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya memohon Kemurahan/Kebaikan hati ... Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

Terima kasih ya Allah.

(Sumber : http://www.muslimsources.com/id/NEWS/detail.php?cat=1&iid=194)

Surat Dari Sang Maha Pencipta


Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan
berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata
meminta pendapatKU atau
bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal yang indah
yang terjadi dalam
hidupmu hari ini atau kemarin.

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi
bekerja. AKU kembali menanti saat engkau sedang
bersiap, AKU tahu akan
ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan
menyapaKU, tetapi engkau
terlalu sibuk.

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama
lima belas menit
tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU melihat
engkau menggerakkan
kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara
kepadaKU tetapi engkau
berlari ke telephone, dan menelepone seseorang
teman untuk mendengarkan
gosip terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi
bekerja dan AKU
menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua
kegiatanmu AKU
berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu
kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang ke
sekeliling, mungkin
engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU,
itulah sebabnya mengapa
engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau
memandang tiga atau empat
meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu
berbicara dan menyebut
namaKU dengan lembut sebelum mereka menyantap
rizki yang AKU berikan,
tetapi engkau tidak melakukannya. Yah, tidak
apa-apa masih ada waktu
yang tersisa dan aku berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, meskipun
saat engkau pulang kerumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang
harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, AKU
tidak tahu apakah
kau suka menonton TV atau tidak, hanya saja engkau
selalu kesana dan
menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya,
tanpa memikirkan
apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan.
Kembali AKU menanti
dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati
makananmu tetapi
kembali kau tidak berbicara kepadaKU.

Saat tidur KUpikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan
selamat malam kepada keluargamu, kau melompat
ketempat tidur dan
tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Tidak
apa-apa karena
mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu
hadir untukmu. AKU
telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin
mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang
lain. AKU sangat
menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah
kata, do'a, pikiran
atau ucapan syukur dari hatimu. Baiklah, engkau
bangun kembali dan
kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari
ini kau akan
memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU.

Tapi yang AKU tunggu...ah, tak jua kau menyapaKU.
Dari detik ke detik,
dari menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari
berganti lagi, kau
masih mengacuhkan AKU. Tak ada sepatah kata, tak
ada seucap do'a, dan
tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk
bersujud kepadaKU.

Apakah salahKU padamu? Rizki yang AKU limpahkan,
kesehatan yang AKU
berikan, harta yang AKU relakan, makanan yang AKU
hidangkan, anak-anak
yang AKU rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu
ingat kepadaKU?
Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap
berharap suatu saat
engkau akan menyapaKU, memohon perlindunganKU, dan
bersujud
menghadapKU.

Yang selalu menyertaimu setiap saat,
ALLAH SWT.

Taushiyah dari Muslimah


Dari seorang muslimah yang meyampaikan nasihat untuk saudara2ku sesama Muslim,
di manapun Anda berada.

Assalaamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Wahai saudaraku seakidah yang belum pernah kulihat dan belum kukenal.Aku memuji Allah Ta’ala yang telah memberikan motivasi kepadamu untuk membaca suratku ini dan saya berharap Anda tetap bersamaku hingga akhir surat ini…

Maafkanlah saya jika Anda menjumpai kekasaran dalam surat ini.Ia tak lebih keluar dari hati yang mengasihi dirimu..

Wahai saudaraku seakidah…

Saya sungguh merasa sedih melihat banyaknya manusia di sekitarku melakukan perbuatan tercela dengan menjalin hubungan yang di haramkan oleh Allah. Hatiku menangis, pertama kali menangisi saudara2 ikhwan dan akhwat. Bagaimana sebahagian mereka telah berani berbicara mesra dengan yg bukan mahramnya? Bagaimana mereka meremehkan maksiat yg mengubur rasa malu? Bagaimana mereka berlalu di jalan untuk menyebar kekejian? Jalan yg di perindah oleh syetan, tetapi diancam oleh Yang Maha Penyayang? Bagaimana mereka menghancurkan pembatas pergaulan yg mulia, yg menjaga agama dan kehormatannya.

Begitukah cara dia mendurhakai agama? Mengapa dia cepat2 ingin menikmati kelezatan yg di haramkan? Seandainya dia mau bersabar tentu akan memperolehnya juga saat setelah pernikahan, di bawah ikatan syara’ yg bersih dan suci.

Dan apakah saudaraku seakidah belum mendengarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “ Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa, kaki zinanya melangkah dan hati zinanya berhasrat dan berharap. Semua itu di benarkan oleh kelamin atau di gagalkannya.”

Saudaraku…

Waspadalah, terus menerus berbuat maksiat akan mengakibatkan pandangan bahwa maksiat itu baik. Siapa yg selalu melakukannya maka ia tidak akan melihat keburukannya, sebab telah menjadi kebiasaan baginya, dan dengan melakukannya berulang kali tanpa di sertai permohonan ampun maka akan mengakibatkan matinya hati. Bahkan mungkin ia melakukan dosa besar yg paling buruk tetapi dia tertawa tak peduli, sebab hatinya telah ditutup.

Mengapakah saudaraku seakidah mencari berbagai kenikmatan ini dengan jalan maksiat, sedang Allah telah menghalalkannya dgn jalan pernikahan? Jalan fitrah yg suci. Jalannya orang2 yg menahan diri dari berbagai kemungkaran. Jalan yg dengan hati dan anggota tubuh menjadi bersih. Kenapa usaha keras dan waktu di korbankan, sehingga seseorang sengsara demi memburu kekasih dan bukan isteri/suami.

Pamer ketampanan/kecantikan adalah langkah kemungkaran kekasih Anda yang pertama. Anda mengatakan, kekasih Anda itu jujur, dia berbeda dengan pemuda/gadis lainnya. “ Dia mengaku kepadaku bahwa dengan gadis2/pemuda2 lain ia hanya sekedar iseng. Bagaimana aku tidak harus mempercayai kesungguhan cintanya ?”

Saya katakan, sesungguhnya seorang pendosa terkadang mengakui dosa2-nya, apakah aku menghormati dan memuliakannya sebab dia telah dengan jujur mengakui dosanya meskipun belum bertaubat? Bukankan Rasulullah SAW telah memperingatkan dengan keras, “ Janganlah kamu sekali2 masuk kepada wanita2.” [Muttafiq Alaih ]

Dan setiap pemuda/pemudi hendaknya jalan hidupnya tidak meniru sinetron2 atau telenovela murahan yg di persaksikan di hadapan mata.Sungguh sandiwara tidak sama dengan kehidupan nyata.

Saudaraku seakidah..

Suara Anda yang lembut, ungkapan kalimat2 Anda yang indah dan segenap cinta Anda seyogyanya hanyalah Anda berikan kepada seorang laki2/wanita saja. Dia adalah suami/isteri Anda yang shaleh. Dan itu adalah panggilan fitrahmu, juga keluargamu. Jauhkanlah dirimu dari berbagai maksiat dan apa yang di haramkan Allah, seperti film dan nyanyian haram yg bisa menimbulakan nifaq dalam hati.

Perasaan yang ada dalam hatimu untuk kekasihmu bukanlah cinta yang sesungguhnya. Demi Allah, seandainya hatimu penuh dengan cinta kepada Allah, niscaya engkau tidak akan mendapati dalam hatimu rasa cinta kepada tukang maksiat selamanya…

Islam telah melarang di dekatinya faktor2 yang dapat menimbulkan cinta membabi buta pada sang kekasih,di antaranya :

  1. Kecanduan memandang lawan jenis.
  2. Iklhtilah dan pertemuan bersama lawan jenis. Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa berkata : “ Cinta akan semakin membara dgn semakin seringnya Memandang, bertemu dan bercakap2.”
  3. Mendengarkan syair2 dan nyanyian tentang cinta, sebab ia akan membuai jiwa dengan bayangan orang yang dirindukannya.
Saudaraku seakidah….
Sesungguhnya seorang pemuda yang shaleh, jka hatinya jatuh pada seorang gadis, entah karena mendengar kebaikannya atau karena melihatnya secara tak sengaja, maka ia akan melamar atau berusaha menikahinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak tampak dua orang yang saling mencintai seperti [yang sudah terikat] dengan pernikahan.”

Saudaraku seakidah…
Adalah mustahil hati yang cinta kepada Allah pada saat yang sama bercinta pula dengan lawan jenisnya. Salah satu daripadanya harus keluar dari hati. Kedua macam cinta itu tak mungkin bertemu dalam satu hati. Dan siapa yang mencintai selain Allah maka ia akan di siksa dengan cinta kepada selain-Nya itu. Dia akan selalu merasa sengsara. Jika sang kekasih jauh, ia menangis karena rindu. Jika dekat, ia menangis karena takut berpisah. Dan pikirannya selalu sibuk tentang sang kekasih, hatinya selalu sibuk dengannya, sibuk dengan pikiran2 yang dangkal.

Kembalillah pada Allah, karena cinta-Nya abadi. Dan jika engkau berniat untuk bertaubat, waspadalah ! Karena setan terkadang menghalangimu dari jalan taubat. Ia akan mengingatkan masa lalumu dengan lawan jenismu itu, menakut-nakutimu bahwa engkau tak akan bisa melupakannya sehingga engkau meninggalkan jalan kebenaran dan petunjuk. Jika terbetik godaan2 seperti itu maka segeralah berlindung pada Allah daripadanya. Secara yakin saya katakan, dengan pertolongan Allah, kesedihanmu berpisah dengannya tidak akan berlanjut, ia akan berakhir. Dan ingatlah, bahwa mengulur-ulur taubat merupakan dosa tersendiri yang wajib di taubati.

Saudaraku, akhirnya saya ingin membisikkan sesuatu di telingamu : Anda sekarang berada di masa muda, yang oleh orang2 disebut sebagai “masa penuh bunga.” Berikanlah masa mudamu ini untuk Allah. Demi Allah, engkau akan di tanya tentang lima hal pada hari kiamat, diantaranya…. “Tentang masa mudanya untuk apa ia habiskan.. “ Apa jawaban yang akan Anda berikan? Karena itu, jangan engkau lewatkan kesempatanmu. Kita harus takut pada masa muda kita, sebab ia sangat cepat berlalu dari kehidupan kita.

Saudaraku seakidah, janganlah engkau mengkhianati calon suami/isterimu kelak, meskipun engkau belum tahu siapa dia. Jangan membiarkan dirimu terjerumus dengan apa yang disebut ‘ pacaran ‘ .Pantaskah dia menjadi seorang suami/isteri, sementara dia berani menjalin hubungan dengan pria/wanita bukan mahram. Tidak, demi Allah, manmu sendiri lebih utama, dirimu sendiri lebih utama dari itu. Lelaki/perempuan itu namanya tidak tercatat dalam ingatanmu, juga tidak alamat atau nomor telefonnya. Ia hanya deretan sifat2 akhlak baik yang jika terdapat pada diri seorang laki2 yang melamar maka dialah calon suami/isteri. Jika belum ada maka tidak ada ketergantungan apapun kepada seseorang.

Wassalaamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh ..

Buku ‘Telefon Cinta’,oleh Ummu Abdirrahman Binti Abdillah

Terus Terang Lebih Baik


Entah sudah berapa lama Rani menyimpan perasaannya sendiri. Adi, suami yang menikahinya setahun lalu sama sekali tidak tahu. Rani sendiri bingung, mengapa sampai saat ini ia merasa belum bisa 'menerima secara penuh' Adi sebagai suami. Padahal dulu ketika Adi 'ditawarkan' oleh Tika, sahabat dekatnya, ia dengan yakin bisa menerima Adi walaupun belum pernah kenal sebelumnya. Tetapi sekarang? Malah Rani jadi lebih sering teringat kepada Rudi, seseorang yang pernah mengisi hatinya sebelum ia memutuskan memaki busana muslimah. Rudi lebih tampan, lebih ekspresif dalam menunjukkan perasaannya, dan ini yang jauh perbedaannya dengan Adi, penghasilannya sebagai manajer sebuah perusahaan swasta jauh lebih besar dari penghasilan Adi yang bekerja sebagai dosen.

Apa yang terjadi pada Rani? Agaknya Rani memiliki harapan tersendiri mengenai 'sosok seorang suami'. Kelihatannya, sosok suami harapan Rani itu sangat dipengaruhi oleh figur yang pernah dekat dengannya, yaitu Rudi. Ketika memutuskan menerima Adi, boleh jadi sebenarnya ia mengharapkan Adi memiliki keadaan yang tidak berbeda atau minimal mendekati Rudi. Sayangnya, ketika masa perkenalan (ta'aruf) dulu Rani tidak berterus terang baik kepada Adi maupun Tika sahabatnya tentang keadaan dirinya yang pernah dekat dengan seseorang, juga tentang keinginannya terhadap sosok seorang suami. Akibatnya, karena mendapati Adi tidak seperti yang ia harapkan, sepanjang pernikahannya Rani terbayang-bayang terus oleh sosok Rudi. Sungguh kasihan! Ya, Rani patut dikasihani karena dua hal, pertama karena sikapnya yang tidak bisa menerima Adi dengan ikhlas akan terus membuatnya menderita lahir batin. Dan kedua, karena dengan membayangkan orang lain padahal ia telah bersuami jelas membuatnya berdosa!

Menjalani pernikahan tidak semudah membalik telapak tangan. Bayangkanlah, kita yang terbiasa mengurus diri sendiri, punya rutinitas sendiri, punya kebiasaan sendiri, punya kamar sendiri, setelah menikah harus merubah 'kesendirian' itu dengan serba 'berdua' dengan pasangan. Belum lagi bila ternyata kebiasaan pasangan berbeda dengan kebiasaan kita. Tetapi itu masalah kecil. Ada masalah yang lebih substansial berkaitan dengan 'hidup berdua'. Itulah masalah harapan, keinginan, cita-cita atau idealisme masing-masing. Terhadap apa? Bisa harapan terhadap pasangan, bisa terhadap pernikahan.
Tiap orang pasti mengharapkan pernikahannya bahagia, langgeng bukan hanya sampai kakek nenek, bahkan sampai akhirat. Kemudian tentang harapan terhadap pasangan. Sangat manusiawi jika seorang laki-laki menikah mengharapkan istri yang penuh perhatian, penuh kelembutan, tidak boros, penuh kasih sayang sekaligus teman diskusi yang 'nyambung'. Juga sangat wajar jika seorang perempuan menikah menginginkan suami yang sabar, perhatian, pengertian, tegar, punya kemampuan memberi nafkah. Ya, semua harapan itu manusiawi dan wajar.

Memiliki harapan atau keinginan atau idealisme itu tidaklah salah. Bahkan, tidak jarang harapan itu justru menjadi motivasi luar biasa bagi orang untuk bekerja keras, berjuang dan berkorban. Lantas, di mana letak masalahnya? Masalahnya adalah pertama, apakah kita menyadari bahwa untuk mencapai harapan itu perlu kerja keras, perjuangan bahkan pengorbanan? Kedua, apakah kita siap jika kemudian harapan itu tak bisa kita wujudkan?

Berterus Teranglah Pada Calon Pasangan Anda

Bagaimana membuat harapan Anda terhadap pernikahan dan pasangan dapat terwujud? Tentu perlu kerja keras, perjuangan dan pengorbanan. Tetapi, ingatlah sebenarnya semua dapat diawali dengan satu langkah penting, yaitu berterus terang. Ya, ketika Anda memutuskan untuk menerima seseorang sebagai calon pasangan Anda, apalagi bila Anda merasa blum terlalu mengenalnya berterus teranglah kepadanya tentang:

  1. Kepribadian, sifat, karakter, termasuk kelebihan dan kekurangan Anda. Kalau perlu buatlah semacam 'profil diri', deskripsikan diri Anda apa adanya, seobyektif mungkin.
  2. Persepsi atau pandangan Anda terhadap pernikahan. Misalnya bagi Anda pernikahan adalah ibadah, atau pernikahan adalah dakwah dan lain-lain.
  3. Keinginan Anda terhadap pernikahan. Misalnya, katakan terus terang bahwa Anda tidak ingin pernikahan membuat aktifitas Anda terhenti, bahkan sebaliknya, Anda ingin didukung. Atau, katakan Anda bersedia menjadi istri di rumah, bersedia untuk melepaskan semua aktifitas setelah menjadi istrinya. Apapun keinginan Anda, katakanlah dengan terus terang sebelum pernikahan terjadi!
  4. Harapan Anda tentang 'sosok seorang suami/istri'. Katakan saja Anda menginginkan seorang suami yang penyabar, penuh pengertian, pintar dan lain-lain. Jangan seperti Rani yang tidak punya keberanian untuk berterus terang tentang sosok suami yang ia inginkan.
  5. Kondisi orang tua Anda, termasuk harapan mereka. Misalnya orang tua Anda menginginkan calon menantu yang bukan hanya sudah bekerja, tapi juga berpenghasilan cukup. Tidak perlu takut dicap 'matre'. Dan kalau Anda sendiri tidak sependapat dengan orang tua Anda, katakan juga kepadanya dengan jelas.
  6. Jangan lupa, setelah Anda berterus terang tentang lima hal di atas, mintalah kesediaan calon Anda untuk melakukan hal yang sama! Ingatlah, pernikahan yang diawali dengan keterusterangan dari kedua belah pihak akan melahirkan kejelasan. Tidak seperti kata pepatah, 'seperti membeli kucing dalam karung'.
Apa yang terjadi setelah kedua belah pihak calon suami istri mendengar keterus terangan masing-masing? Ada beberapa kemungkinan, misalnya calon Anda akan terkaget-kaget lalu mengatakan ia akan pikir-pikir dulu. Kalau ini yang terjadi berikan ia batas waktu. Lalu jika kemudian ia membatalkan pinangannya? Tidak perlu gusar, berarti ia memang tidak siap menerima Anda apa adanya, dan menjadi jelas, dia bukan jodoh Anda.
Seperti sabda Rasulullah SAW, "Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit", berterus terang kepada calon pasangan memang berat, tetapi percayalah, keterusterangan akan membuat Anda tenang dan membantu Anda untuk menghadirkan keikhlasan dalam menerima calon pasangan Anda!
***

Tulisan ini diambil dari Majalah Safina Nomor 5/Th II Juli 2004

Inilah Hidup

Hidup ini memang menyajikan berbagai cerita dan berbagai fenomena yang menakjubkan. Tak terbayangkan. Seorang ayah yang dia hanya bisa bekerja dan bekerja bagi keluarga, kemiskinan yang menimpa mereka itu adalah garis hidup yang mustahil diubah (anggapan mereka).
Di sisi lain, seorang remaja yang hanya memikirkan bagaimana tampil cantik dan menarik. Mereka tak berpikir bahwa hidup ini menuntut orang untuk berjuang, dan ada orang di luar sana yang hanya bisa merenungi dan menerima nasib menjadi orang yang tidak beruntung. Ada juga orang yang hanya bisa memperhatikan, mengamati dan berusaha menghibur mereka yang merasa kurang beruntung.

Inilah hidup. Sekali lagi, inilah hidup. Dunia memang aneh. Allah menciptakan semua ini pasti memberikan pelajaran yang berharga, bagi orang-orang yang berpikir. Islam mengajarkan umat manusia untuk berzuhud terhadap dunia, qonaah (menerima) dan istiqomah sebagai napak tilas di jalan surga. Inilah salah satu fenomena hidup yang sempat terekam oleh mataku…..

Ketika kutelusuri jalan menjelang maghrib, kulihat laki-laki 40-an sedang mendendangkan sebuah lagu di sebuah restoran mewah. tampak orang-orang di sana ada yang acuh, ada sedikit memberi perhatian. Pernahkah kalian bayangkan bagaimana perasaan laki-laki itu tatkala melihat orang-orang yang kelihatannya lebih sukse dari dia? Pernahkah terpikir oleh kalian apa yang terlintas dalam benaknya takala menyadari mereka lebih beruntung darinya? Aku juga tak tau itu. aku juga tak tahu seberapa besar kekuatan kesabaran, keikhlasan dan kepasrahan yang ada di benaknya. Aku juga tak tahu di mana di menyimpan keping-keping kesonbongan dan rasa malu. Aku rasa di sudah mampu berdamai dengan takdir. Dia orang yang tegar di jalan kehidupan. Ya…. Merekalah pahlawanku masa kini.

Kata orang pahlawan adalah orang yang rela mengorbankan harta, jiwa dan darah yang dimiliki untuk kepentingan bangsa dan Negara. Pahlawan adalah orang yang tidak membebani Negara dan mampu mengangkat derajat bangasa di mata dunia.

Tapi entah kenapa menurutku pahlawan di masa bukan seperti definisinya tepatnya untuk kasus yang satu ini. Pahlawan masa kini bukan lagi orang yang rela mengangkat senjata dan mengorbankan nyawa. Pahlawanku bukan pula para politikus, pejabat pemerintahan ataupun pe-men, batman dan supermen. Pahlawanku adalah pahlawan yang rela pergi pagi pulang sore. Dengan berbekal keikhlasan dan keyakinan bahwa nanti sore dia akan membawakan sesuatu untuk keluarganya. Merekalah pahlawna masa kini ku. Yang hidup sederhana, tanpa embenani orang lain. Yang hidup pas-pasan tanpa membebani Negara dan tak mengemis surat pembebasan utang pada Negara .

is_ismi@yahoo.com

Pesona Bunda

Bunda adalah kejora,
Karena setiap geriknya benderang sayang
Bunda adalah bunga
Selalu berseri, berwarna dan mempesona
Bunda adalah surga
Helai nafasnya tidak hanya cinta tapi juga doa
Dalam semesta,
Tak ada yang lebih kemilau menyala
Kecuali bunda
(Bunda, mahabbah12)

Hari masih belia. Udara sejuk jelas terasa. Dan sesosok ibu tengah berjongkok di depan putri kecilnya yang terus saja menangis. Ada banyak rengkuhan yang dipersembahkan, dan saya yakin hangatnya mengalahkan sinar mentari yang bersinar saat itu. Si kecil terdiam, bola matanya merajuk sang bunda. Mulut mungilnya mengerucut sesaat.
"Ma, adek takuuttt..." perlahan suaranya terdengar samar, ia hampir berbisik di pendengaran.
"Ooh, adek takut ya, nanti mama bilang sama bu guru supaya nemenin adek," binar itu menelaga. Tangan bunda membelai lagi punggung itu, sebelum merapikan topi dan dasi yang sejak dari tadi sudah rapi. Ia akan berdiri namun urung.

"Mama kasih sun dulu deh..." dua buah kecupan segera singgah di pipi si kecil. Barulah ia berdiri, menggenggam erat tangan itu dan beranjak menuju gerombolan anak-anak seusianya.
"Nah, sebelum ketemu bu guru sekarang adek berbaris dulu yah, mama di sini ngeliatin adek," titah bunda terdengar membujuk. Si kecil nampak ragu, namun ketika dilihatnya bundanya berdiri tak jauh darinya, ia menurut. Sesekali si kecil berpaling mencari bundanya, dan selalu binar yang menelaga yang dijumpainya. Bahkan terakhir bundanya mempersembahkan sun jauh ke arahnya. Si kecil tersenyum dan membalas sun jauh itu lebih mesra. Subhanallah. Saya yang sejak tadi memperhatikan keduanya mengagungkan nama Allah secara spontan. Sang ibu menoleh ke arah saya.

"Wah bu, pake kiss bye segala," Saya tersenyum ke arahnya dan mendekatinya. Dan seketika semburat merah itu nampak.
"Eh..eh kirain ngga ada yang merhatiin, jadi malu"
"Iya tuh, anak saya apa-apa minta di sun. Kalo udah ada sun dari mamanya dia biasanya tenang dan nurut," tambahnya ringan. Saya mengangguk-angguk dan melihat si kecil itu. Dan benar saja ia tak lagi terlihat gelisah. Bahkan untuk selanjutnya ia seperti larut dalam keceriaan anak-anak seusianya.

Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah. Kebetulan saya disuruh kakak untuk menunggu keponakan yang baru naik ke kelas dua SD karena ia sendiri harus mengantarkan anak bungsunya yang baru masuk TK. Maka sayapun melahap banyak kejora ibunda.. Seperti kisah seorang ibu yang membujuk anaknya yang baru masuk kelas satu dengan kiss bye tadi.
Saat itu, ingatan ini hinggap pada Aufa, keponakan saya yang baru berusia satu setengah tahun. Entah kenapa ia juga berlaku seperti si kecil tadi. Aufa akan merasa nyaman ketikan kecupan sang ummi menjumpainya. Ketika kepalanya terbentur, maka tangisannya berhenti saat kecupan sayang bundanya singgah di bekas benturan. Ketika tangannya gatal-gatal, amukannya segera surut kala sun cinta ibunda melekat di tangannya. Bahkan jeritan Aufa bisa langsung pupus, ketika iming-iming kecupan bunda didengarnya, padahal saya tengah menggodanya tanpa ampun.
Ah, adapakah dengan kecupan ibunda. Kesayangankah? Ketulusankah? Kekuatankah? Kedamaiankah? Surgakah?
Apapun, itu adalah pesona.
***

"Aduhh."
Kosakata itu sudah menggema beberapa kali pagi. Saya bisa memastikan ia pasti tengah mendekap bayi mungilnya dengan wajah keruh. Pasalnya menurut saya sepele. Adek bayinya digigit nyamuk lagi dan bekasnya menjadi titik merah yang ukurannya kecil saja. Tapi baginya tidak demikian. Ia sungguh tidak rela. Dan ekspresinya terjelmakan dengan marah-marah.
Maka malam-malamnya adalah waspada. Demi menyelamatkan bayi yang umurnya masih bisa dihitung dengan bilangan jari di tangan, maka ia rela melewatkan tidurnya untuk meronda. Ia sudah melakukan banyak cara. Kemarin sebuah kelambu ukuran besar menjadi aksesori kamar. Malam sebelumnya ia telah memproteksi si kecil dengan sarung tangan, sarung kaki dan memakaikan topi. Tapi tetap saja, bekas merah itu dijumpainya lagi pagi ini.
Maka sayapun menyeringai mendengar keluhan panjangnya. Apa lagi yang akan dilakukannya nanti malam, pikir saya.
Dan malam itu, ia terlihat lain. Dengan kostum tidur yang sungguh ?seksi ? ia berbaring di sebelah bayi mungilnya yang tengah terlelap. Saya bukan terpesona dengan kostum tidurnya yang menyeramkan. Saya hanya terpesona dengan jawaban atas pertanyaan saya kenapa ia memakai kostum demikian padahal ia bisa saja masuk angin.
"Umminya masuk angin ga pa pa asal adek selamat, biar tubuh umminya saja yang digigit nyamuk," jawabnya kalem.
Duh, hati saya hening. Mencerna. Demikian mempesona ikhtiar seorang bunda. Padahal ia baru menyandang gelar itu beberapa hari yang lalu.
***

Sahabat, saya yakin pesona bunda telah seringkali menyapa dan menjumpaimu setiap saat. Bisa jadi lewat doa, rengkuhan, kecupan, senyuman bahkan menu makanan yang terhidang. Lalu pernahkah kita membuat ibunda terpesona? Hmmm...

Husnul Rizka Mubarikah

Rencana ALLAH Pasti Indah.....


Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang
menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain dilantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang
kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan
berkata dengan lembut :

"Anakku,lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan
putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, " Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu."

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah,dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang
aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata,"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, Sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan
bertanya kepada Allah,

"Allah, apa yang Engkau lakukan?" Ia menjawab : " Aku
sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna
yang cerah?

"Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu dibumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan
>melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.

"Subhanallah...
Beruntunglah orang2 yang mampu menjaring ayat indah
Allah dari keruwetan hidup di dunia ini.Semoga Allah berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian2 dalam
perjalanan hidupnya, seruwet apapun itu. Amin.

Subhanallah,
Allah adalah Dzat Yang maha pengatur segala sesuatu di alam ini. Tulisan ini mengingatkan saya bahwa kendati pun manusia punya keinginan, tetapi Allah mempunyai keputusan yang tak mungkin dapat kita ubah. mari kita senantiasa bertawakkal kepada Nya.

Islam adalah kenikmatan paling tinggi bagimu. Taat kepada Allah adalah kesibukan yang paling berharga bagimu Dan maut adalah pelajaran paling berharga bagimu (Ali bin Abi Thalib r.a)

Buat Yang Sedang Bersedih...

Tidak dapat dibantah lagi bahwa kesedihan adalah salah satu kondisi yang paling tragis dan paling besar -terasa- sakitnya bagi raga maupun jiwa. Apabila ia menyatu bersama kuku-kukunya yang tajam ke dalam jiwa, tidak lama kemudian ia akan merobek-robeknya dan memporak-porandakannya. Maka akan kita dapatkan manusia yang kacau dan mengalami kegoncangan dalam hidup dan kehidupannya.

Dan kesedihan tadi akan mempengaruhi sebagian dan bahkan seluruh komponen kehidupannya jiwa dan raga, hingga ia melihat dunia dalam pandangan matanya lebih gelap dari kegelapan dan lebih sempit dari lubang jarum. Jiwanya tak ubahnya laksana tinta-tinta tebal di atas permukaan air. Ia menghitamkan setiap apa yang ia muntahkan dari dalam perutnya kepada apa pun yang dekat dengannya. Dan kesedihan akan menghitamkan kehidupannya dengan apa saja yang ia muntahkan atas dirinya dengan kesedihan-kesedihan dan kecemasan-kecemasan. Karenaya, kau akan melihat mereka menyamakan antara jiwa dan raga yang sedih dengan apa yang mereka pakai dan tampakkan dengan pakaian-pakaian berkabung.
Tatkala penyakit sedih tadi menjadi sebuah penyakit yang menimpa jiwa seluruhnya.


Seorang bijak adalah orang yang mencari alternatif terapi penyembuhan yang lebih baik, dengan beragam obat dan pengobatan lainnya, setelah mengalami kesulitan dengan penyembuhan awal, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap penyakit-penyakit yang membangkang di dalam raga. Maka syarat awal agar berfungsinya obat bagi raga yang sedang ditimpa penyakit adalah membiasakan diri untuk mengkomsumsi obat yang akan menyempurnakan proses sirkulasi di dalam raga.

Wahai yang sedang bersedih...
Segala apa yang ditawarkan berupa alternatif penyembuhan kesedihan tersebut, jika kalian mau menjalaninya dengan kebiasaan yang konsisten, mengontrol cara pandang hidup, berpikir positif dan memaksimalkan kesungguhan dan ketekunan, penelitian yang berulang-berulang, dan melatihnya menjadi sebuah kebiasaan, sehingga menyatu dalam jiwa. Ketika seseorang memiliki kemampuan untuk melakukannya secara terus-menerus, akan lahir darinya perilaku-perilaku jasmaniah dan kejiawaan yang menakjubkan dan mencengangkan keadaan.

Perlu adanya kerelaan pada seseorang untuk berpikir dan membiasakan diri dengan ketentuan-ketentuan utama dan -membiasakan- untuk mempraktekkannya, sehingga sampai pada tujuan yang diinginkan, yaitu kebahagiaan. Segalanya akan menjadi berubah, tatkala kalian hanya membaca tanpa mau menghayatinya, melihat tanpa mau merenunginya, menghafalnya tanpa mengekspresikannya. Banyaknya menelaah, membaca dan proses yang memakan waktu lama, tidaklah memberikan faedah pada akhirnya.

Wahai yang sedang bersedih...
Ketahuilah bahwasanya raga itu terikat dengan jiwa dan begitupun sebaliknya. Penyakit yang menimpa jiwa akan memberikan pengaruh terhadap raga dan akan menjadikannya sakit, sebagaimana jiwa yang terpengaruh oleh raga yang sedang ditimpa penyakit.
Penyembuhan jiwa dari penyakit-penyakitnya haruslah dimulai dari keharusan untuk memiliki kesehatan raga, sebab kesehatan jiwa sangat tergantung padanya. Tujuan kerja keras dan upaya yang bijaksana yang akan membimbing seseorang mencapai kebahagiaan, yaitu dengan adanya jiwa yang sehat dan berimbas pada raga yang sehat pula.

Wahai yang sedang bersedih...
Seseorang yang menginginkan kesehatan raga, haruslah dapat menjauhkan setiap keinginan dan nafsu yang berlebihan dan setiap apa saja yang akan mengakibatkan keguncangan pada pikirannya, membiasakan dirinya untuk berolah raga -paling sedikit dua jam- setiap harinya dalam keadaan udara yang bersih dan sering menggunakan air dingin ketika mandi, menjaga dan memperhatikan pengeluaran darah yang berlebihan dari ketentuan yang diinginkan dan memperbanyak gerak tubuh.

Maka hidup adalah gerakan. Kalian dapat mengamati apa yang terjadi di dalam raga. Kalian akan kalian dapati padanya isi perut dan anggota-anggota lainnya bergerak dengan teratur. Kalian akan melihat hati menyalurkan seluruh apa yang terdapat dalam jiwa berupa darah ke wadah yang berukuran kecil dan besar bersama dua puluh delapan denyutan, paru-paru yang naik dan turun dengan gerakan yang cepat dan selainnya terdapat gerakan alat-alat uap dan juga usus yang memuai dan mengerut. Di dalam tubuh akan kalian dapatkan anggota-anggota tubuh yang berfungsi menghisap dan mengeluarkan darah dalam satu waktu. Dan pada otak terjadi dua gerakan pada setiap denyutan dari denyutan-denyutan jantung dan setiap kali menghirup untuk bernafas. Apabila gerakan badan lemah pada fisiknya sebagaimana halnya pada mereka yang hidup dengan nyaman, tidaklah sempurna keseimbangan antara kenyamanan dan gerakan-gerakan yang terdapat pada batinnya. Yang terjadi adalah kekacauan pada raga karena gerakan pada batin sangat memerlukan pertolongan dengan adanya gerakan lahir, dan gerakan pada batin membutuhkan gerakan lahir untuk meluruskan aturan, sehingga tidak terjadi kekacauan pada jiwa dan raga secara bersamaan. Kita tidak akan merasakan hidangan kehidupan dan mencapai kebahagiaan yang dipersembahkan buat kita dalam kehidupan ini, melainkan dengan aturan tersebut.

Kalian akan mendapatkan seseorang yang tenang jasadnya dan hatinya yang penuh kekerasan dan dominan dengan dendam dan kebencian. Apabila ketenangan itu berlanjut tidaklah menjamin adanya dampak yang buruk padanya dari kekacauan tersebut. Karena itu mereka menasehati siapapun menggerakkan badannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah s.a.w.: "Idza ghadhiba ahadukum falyatawadhaa" (Abu Daud: 4784). Dalam sebuah perkataan Aristoteles: "Maka basahkanlah dirimu dengan air dingin".

Kalian akan melihat, tidaklah pohon-pohon dalam pertumbuhan dan perkembangannya bergerak dengan gerakannya yang alami, melainkan udara dan cuaca yang menimpanya sehingga ia menggoyangkan dahan-dahannya. Maka gerakan tersebut membantu lahirnya pada gerakan pertumbuhan dan perkembangan pada batinnya.
Menjaga dan memperhatikan badan dengan apa saja yang dapat memperbaikinya, dengan makanan-makanan bergizi, gerakan dan sebagainya adalah sebuah keharusan. Dan menjalaninya dengan mengikuti aturan kesehatan tertentu demi keselamatan raga dan jiwa secara bersamaan. Maka hal-hal tersebut menjadi pokok dari substansi pengobatan jiwa.
Rata Penuh
Dinukil dari Mukhtarat Al-Manfaluti.

Bersabarlah

"Assalamu'alaikum, Non...apa kabar? Kangeeen deh... dah isi belum?"
Begitulah tulisan di yahoo messenger dari kawannya. Segera ia menjawab salam dan bercerita tentang keadaannya, bahwa ia sehat dan mulai betah tinggal di negeri Sakura yang jauh dari keluarga dan sanak famili. Tak lupa ia menjawab pertanyaan terakhir dengan "Belum, mohon doanya ya," sambil menambahkan icon-icon cantik dan tersenyum lebar.

Tak lama, muncul pesan dari yahoo messenger bahwa ada email yang masuk. Dari kakak sepupunya di Jakarta. Segera ia klik pesan itu untuk langsung membaca email masuk tadi. "... Sudah isi belum? Alhamdulillah, istriku sudah enam minggu hamil, mohon doanya ya. Uda doakan semoga sepupuku ini cepat menyusul," begitu isinya.

Hari ini sudah dua kali ia menerima pertanyaan serupa. Wanita muda itu menarik nafas dengan berat dan menghembusnya pelan-pelan. Wajahnya muram dan perasaan gundah itu datang lagi. Ya, apalagi kalau bukan karena pertanyaan itu. Dulu ketika masih kuliah, pertanyaan dari orang-orang adalah, "Kapan lulus?" Karena begitu lulus langsung diterima bekerja, ia tak usah mengalami pertanyaan "Udah kerja belum?" Setelah itu, pertanyaan selanjutnya adalah "Kapan nikah?" Lalu setelah menikah, ya pertanyaan yang itu, "Udah isi belum?

Kalau dipikir-pikir, pertanyaan seperti itu memang tak akan pernah berakhir, terus bergulir dan terus ditanyakan. Sisi positifnya adalah, hal itu menunjukkan bahwa adanya perhatian yang diberikan oleh si penanya. Sisi negatifnya adalah bila pertanyaan itu memberatkan yang ditanya. Seperti yang dialami wanita muda ini.
Yang membuatnya gundah gulana sekarang adalah kenyataan bahwa Allah belum berkenan memberikan amanah keturunan baginya dan suami. Mereka berdua telah banyak berikhtiar dan berdoa, namun sudah tujuh bulan berlalu si buah hati yang dinanti belum ada tanda-tandanya. Biasanya ia masih bisa bersabar dan menasihati hatinya, tapi kali ini rasa sedih tak bisa ditahannya. Beberapa tetes air mata jatuh di atas sajadah, setelah sujud panjangnya mengadu pada Allah. Sekejap rasa su'udzon hinggap di hatinya, namun segera diusirnya rasa itu, dan kembali tenggelam mencurahkan perasaannya pada Sang Khalik. Hanya kepada-Nya tempat mengadu, dan berkeluh kesah. Sambil melantunkan doa-doa panjang, mengharap karunia-Nya.
***
Anak memang merupakah dambaan hati setiap orang tua. Mereka adalah amanah yang indah dari Allah, setelah Ia berkenan memberikan kehidupan dan iman di hati kita. Setiap orang tua akan berharap memiliki anak-anak yang sholeh/ah yang dapat menyuburkan bumi dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah, yang dapat menyejukkan hati dan mata, yang dapat semakin mendekatkan ayah bunda pada Sang Khalik, yang doanya takkan putus walaupun ajal telah menjemput. Anak adalah bukti eksistensi kita. Anak adalah warisan kita pada generasi selanjutnya, untuk melanjutkan kerja dakwah sebagai khalifah di bumi Allah.
Ketika kita begitu mengharap akan amanah itu, namun Allah belum juga memberikan, terkadang kita lupa bahwa Dia-lah yang paling tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia-lah zat yang Maha Berkehendak (Iradat), yang Mengetahui apa-apa yang di hadapan kita dan di belakang kita, dan kita tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya (QS 2:255).
Terkadang kita begitu sedih dan merasa menjadi hamba yang paling tak punya, sehingga kita melupakan nikmat Allah yang lain. Padahal begitu banyak nikmat Allah yang dikaruniakan pada kita. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat berkeluarga, nikmat berkasih sayang, nikmat rizqi, nikmat ilmu, dan banyak lagi.
Bagi saudariku yang belum memiliki buah hati, bersabarlah. Sesungguhnya Allah telah berkata,
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (QS 2:155)

Janganlah kita menjadi hamba yang kufur akan nikmat-Nya, hanya karena belum diberi apa yang kita inginkan. Yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Pun bila amanah itu tak diberi di dunia ini, yakinlah di surga nanti telah menanti anak-anak kita, yang suci dan tak sabar bertemu dengan orangtuanya. Lihatlah sisi positifnya dari setiap keadaan kita. Carilah kegiatan yang bermanfaat yang dapat dilakukan dengan kelapangan kita. Sesungguhnya banyak lahan yang dapat digarap menunggu tangan-tangan kita yang belum digelayuti oleh si kecil, belum direpotkan dengan rengekan sang bayi, atau bau pesing sang ompol.
Bagi saudariku yang telah memiliki buah hati, bersabarlah pula. Sesungguhnya anak-anak kita adalah ujian dari Allah. Suatu saat nanti kita akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah akan amanah yang diberikan-Nya. Sanggupkah kita menjaga, merawat dan mendidik mereka hingga kelak merekapun mencintai Allah dan Rasul-Nya? Karena iman tak dapat diwariskan dari orangtua yang bertakwa. Ia harus diajarkan dengan teladan dan kasih sayang serta kesabaran. Tak sedikit orang tua yang gagal mendidik anak-anaknya dan malah membuat mereka malu menjadi orangtuanya. Diperlukan ketulusan hati dan kesiapan untuk mengorbankan tenaga, keringat, harta bahkan jiwa bagi anak-anak kita.

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS 8:28)
Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS 9:24)
Yang manapun kita, bersabarlah.

Tokyo, 1 Desember 2004.
ulyazulmadjdi@yahoo.com

Berhenti Menjadi Pengemis


Selama ini, saya selalu menyediakan beberapa uang receh untuk berjaga-jaga kalau melewati pengemis atau ada pengemis yang menghampiri. Satu lewat, ku beri, kemudian lewat satu pengemis lagi, kuberi. Hingga persediaan receh di kantong habis baru lah aku berhenti dan menggantinya dengan kata "maaf" kepada pengemis yang ke sekian.
Tidak setiap hari saya melakukan itu, karena memang pertemuan dengan pengemis juga tidak setiap hari. Jumlahnya pun tidak besar, hanya seribu rupiah atau bahkan lima ratus rupiah, tergantung persediaan.

Sahabat saya, Diding, punya cara lain. Awalnya saya merasa bahwa dia pelit karena saya tidak pernah melihatnya memberikan receh kepada pengemis. Padahal kalau kutaksir, gajinya lebih besar dari gajiku. Bahkan mungkin gajiku itu besarnya hanya setengah dari gajinya. Tapi setelah apa yang saya lihat sewaktu kami sama-sama berteduh kehujanan di Pasar Minggu, anggapan saya itu ternyata salah.

Seorang ibu setengah baya sambil menggendong anaknya menghampiri kami seraya menengadahkan tangan. Tangan saya yang sudah berancang-ancang mengeluarkan receh ditahannya. Kemudian Diding mengeluarkan dua lembar uang dari sakunya, satu lembar seribu rupiah, satu lembar lagi seratus ribu rupiah. Sementara si ibu tadi ternganga entah apa yang ada di pikirannya sambil memperhatikan dua lembar uang itu.
"Ibu kalau saya kasih pilihan mau pilih yang mana, yang seribu rupiah atau yang seratus ribu?" tanya Diding.

Sudah barang tentu, siapa pun orangnya pasti akan memilih yang lebih besar. Termasuk ibu tadi yang serta merta menunjuk uang seratus ribu.
"Kalau ibu pilih yang seribu rupiah, tidak harus dikembalikan. Tapi kalau ibu pilih yang seratus ribu, saya tidak memberikannya secara cuma-cuma. Ibu harus mengembalikannya dalam waktu yang kita tentukan, bagaimana?" terang Diding.
Agak lama waktu yang dibutuhkan ibu itu untuk menjawabnya. Terlihat ia masih nampak bingung dengan maksud sahabat saya itu. Dan, "Maksudnya... yang seratus ribu itu hanya pinjaman?"

"Betul bu, itu hanya pinjaman. Maksud saya begini, kalau saya berikan seribu rupiah ini untuk ibu, paling lama satu jam mungkin sudah habis. Tapi saya akan meminjamkan uang seratus ribu ini untuk ibu agar esok hari dan seterusnya ibu tak perlu meminta-minta lagi," katanya.

Selanjutnya Diding menjelaskan bahwa ia lebih baik memberikan pinjaman uang untuk modal bagi seseorang agar terlepas dari kebiasaannya meminta-minta. Seperti ibu itu, yang ternyata memiliki kemampuan membuat gado-gado. Di rumahnya ia masih memiliki beberapa perangkat untuk berjualan gado-gado, seperti cobek, piring, gelas, meja dan lain-lain.

Setelah mencapai kesepakatan, akhirnya kami bersama-sama ke rumah ibu tadi yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berteduh. Hujan sudah reda, dan kami mendapati lingkungan rumahnya yang lumayan ramai. Cocok untuk berdagang gado-gado, pikirku.
***

Diding sering menyempatkan diri untuk mengunjungi penjual gado-gado itu. Selain untuk mengisi perutnya -dengan tetap membayar- ia juga berkesempatan untuk memberikan masukan bagi kelancaran usaha ibu penjual gado-gado itu.
Belum tiga bulan dari waktu yang disepakati untuk mengembalikan uang pinjaman itu, dua hari lalu saat Diding kembali mengunjungi penjual gado-gado. Dengan air mata yang tak bisa lagi tertahan, ibu penjual gado-gado itu mengembalikan uang pinjaman itu ke Diding. "Terima kasih, Nak. Kamu telah mengangkat ibu menjadi orang yang lebih terhormat."

Diding mengaku selalu menitikkan air mata jika mendapati orang yang dibantunya sukses. Meski tak jarang ia harus kehilangan uang itu karena orang yang dibantunya gagal atau tak bertanggung jawab. Menurutnya, itu sudah resiko. Tapi setidaknya, setelah ibu penjual gado-gado itu mengembalikan uang pinjamannya berarti akan ada satu orang lagi yang bisa ia bantu. Dan akan ada satu lagi yang berhenti meminta-minta.
Ding, inginnya saya menirumu. Semoga bisa ya.

Bayu Gautama

Berbeda itu Indah

Saat engkau bertemu saudara yang berbeda rupa, kulit, bangsa ataupun bahasa apa yang engkau pikirkan? Apalagi dia berkulit hitam yang kalau tersenyum hanya gigi putihnya saja yang kelihatan? Tak perlu keluar negeri, di dalam negeri kita sendiri ada banyak yang berbeda bukan? Pertama mungkin kita berkata dalam hati "ah dia bukan asli sini" atau "bukan orang kampungku" dan sebagainya. Dan bila kebetulan berada di negeri orang yang notabene tempat berkumpulnya orang berbagai negara mungkin jadi " hmm bukan dari Asia, atau bukan Eropa, atau bukan Amerika, dan bla... bla..." kata bukan tadi berarti sudah menyebut suatu beda. Berbeda dari kita.

Ya terus terang saya sering dibuat terkejut ketika malam-malam sedang asyik di depan komputer asrama tiba-tiba disapa seorang Kenya, ataupun Sudan "Haii... How are you!", pertama kali terus terang saya takut melihat wajah hitam mereka. Maklum, belum terbiasa mungkin. Hingga akhirnya saya pun bersahabat dengan mereka. Saya mengenal Kansly, Musa negro yang muslim, Shako yang baik hati dan otaknya cerdas, dan semuanya yang begitu ramah serta lebih bisa menerima perbedaan dibanding saya yang orang Asia.

Saya setuju dengan kata beda itu indah, dia merupakan sinergi yang bisa memberi warna dalam hidup. Bisa membuat kesombongan luruh, memahami kesejatian hidup, menepis segala bentuk rasa prasangka untuk lebih toleran terhadap sesama. Apalagi dengan aneka bahasa verbal dan non verbal yang mendukung terciptanya kolaborasi warna pelangi. Karena yang dinilai bukanlah kebagusan rupa, keindahan wajah, kekayaan yang melimpah tapi satu adalah siapa dari kita yang paling takwa. Subhanallah, Duhai Yang Mencipta Indah dan Perbedaan.

Tepatlah kiranya Allah mengatakan Al-Qur'an surat Al-Hujurat: 9, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang lebih bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dalam hadits pun disebutkan HR Imam Muslim, Shahihul Muslim, tafsir Ibnu Katsier juz 7 hal 322, "Sesungguhnya Allah tidak akan melihat bentuk-bentuk tubuhmu dan harta kamu tetapi akan melihat isi hati kamu dan amal-amalmu".

HR Imam Ahmad tafsir Ibnu Katsier juz 7 hal 322 Dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda kepadanya, "Lihatlah, engkau tidak lebih baik dari yang berkulit merah dan pula dari yang berkulit hitam melainkan jika engkau mengunggulinya dengan taqwa kepada Allah.".

HR Imam Muslim, Terjemahan Shohih Muslim dari Yahya bin Hushain r.a., dari neneknya Ummul Hushain, katanya dia mendengar neneknya bercerita, "Aku pergi menunaikan ibadah haji bersama Rasulullah SAW ketika Haji Wada'. Ketika itu beliau berkhutbah panjang lebar. Antara lain aku mendengar beliau bersabda, "Seandainya pejabat yang kuangkat dalam pemerintahan seorang budak pontong hidung, mungkin yang dimaksud nenek, budak hitam, tetapi dia memerintah kamu dengan Kitabullah, maka hendaklah kamu patuh dan setia kepadanya."

Berbeda itu indah. namun semoga ini bisa mencambuk kita untuk lebih mendekat padaNya, sang Pencipta Beda.
***
Aridaistia, Kampoeng Soshigaya

Berapa Nilai Dirimu, Saudaraku?

Kita makhluk yang paling mulia yang telah diciptakan oleh Allah SWT, makhluk yang paling kuat karena ternyata dari sekian ratus ribu sel sperma yang berjuang untuk hidup, kita lah pemenangnya. Pernahkah kita berpikir untuk memberikan berapa nilai dari diri kita? Apakah harga diri kita hanya sebatas dunia yang ingin kita kuasai, emas dan perak yang ingin kita miliki?

Padahal jelas – jelas Rasulullah bersabda, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi : “Dunia ini terkutuk, semua yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah, hal-hal yang bersangkutan dzikir, seorang ‘alim dan seorang pelajar.” Dunia dengan emas dan peraknya, kekuasan dan jabatan yang selalu ingin kita kejar, kemewahan dengan rumah megahnya, sama sekali tidak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita. Terkadang kita melupakan bahwa dunia ini hanyalah titipan buat kita. Demikian yang dikatakan oleh Labid,

Harta dan keluarga tak lain adalah barang titipan, dan suatu saat barang titipan itu akan dikembalikan. Tapi sekali lagi, terkadang kita benar-benar melupakannya, selalu setiap bergantinya hari yang kita pikirkan hanyalah bagaimana agar bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita perlukan, dan pernahkah kita berpikir, apakah saudara-saudara kita di luar sana membutuhkan bantuan kita hanya untuk sekedar makan hari ini?, pernahkah terbersit sedikit saja dipikiran kita bahwa mereka sebenarnya meminta bantuan kita,hanya saja kita selalu membutakan mata dan menulikan telinga kita untuk mereka?

Lalu, apakah kita juga mengetahui kalau setiap jiwa mukmin itu lebih berharga dari dunia dan seisinya?, Dan pernahkah kita sedikit saja merenung, bahwa semua kekayaan dan kedudukan yang kita miliki bisa menangguhkan bahkan menghambat maut dari kita, dapat menolong kita dari siksa dan azabnya Allah?, Jika kita tahu jawabannya tidak, lalu kenapa kita masih selalu saja menghargai diri kita hanya sebatas harta, emas dan perak?

Demi hidupmu, kekayaan takkan memberi manfaat kepada seorang pun ketika dada sudah tersengal dan sesak (Hatim Ath-Thai)
Pertanyaannya adalah seberapa besarkah nilai kita sebagai seorang manusia yang mulia dan manusia yang terpilih?

Hasan Al-Bashri mengatakan, ”Jangan tentukan harga dirimu kecuali dengan surga. Jiwa orang yang beriman itu mahal, tapi sebagian dari mereka justru menjualnya dengan harga yang murah.”

Sayangnya, hanya sebagian kecil dari kita yang menyadari kalau jiwa kita sebagai makhluk yang beriman sangatlah mahal, atau mungkin kita selalu berpikir kalau harta dan dunia ini lebih berharga dan lebih mahal dari sebuah jiwa yang beriman, sehingga yang sering kita tangisi adalah di saat kita kehilangan uang, kebakaran rumah yang mewah, kehilangan pekerjaan, kita tidak pernah merasa menyesal dan menangis ketika hati kita mulai terasa mati dan jauh dari Allah, tidak pernah ada air mata ketika kita mengingat semua dosa-dosa yang telah kita perbuat, lalu jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa kita harapkan untuk membantu kita di hari akhir nanti?, dan jika ketaatan kepada Rabb sudah tidak ada lagi, maka dapatkah terwujud untuk mendapatkan cinta-Nya dan bertemu dengan-Nya dalam keadaan terbaik?

Subhanallah, ketika menuliskan artikel ini pun, saya berusaha untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada, akankah keinginan untuk memiliki sebuah rumah di syurga-Nya dan engkau menjadi tetangga saya ya saudaraku, dapat terwujud? Insyaallah, Amin

Amda Usnaka
Stt Telkom
usnaka@yahoo.com

Atas Nama Cinta?


Seorang pakar cinta dari dataran Cina bernama Mo Tzu, yang hidup sekitar (470 s/d 391 sebelum Masehi) mengajarkan sebuah ajaran cinta kepada dunia. Salah satu kalimatnya tentang cinta berbunyi:
"Seorang yang mengaku taat kepada kehendak langit maka dia akan menebar cinta secara mondial, sedang siapa yang ingkar terhadap kehendak langit dipastikan akan bercinta secara parsial."

Alhamdulillah kita lahir dan besar sebagai muslim, salah satu karakteristik agama Islam di antara agama langit (samawi) adalah dia bersifat universal. Tak peduli akan ras, bahasa, dan benua, Islam adalah agama yang Allah peruntukkan untuk dunia dan Insya Allah juga akan (kembali) menyatukan dunia. Sehingga berkesan sekali refleksi Asy-Syahid Hasan Al-Banna tentang kesatuan dunia, Yang membedakan antara kaum muslimin dan pejuang nasionalis adalah bahwa paham nasionalisme kaum muslimin berdasarkan aqidah Islam. Misalnya, mereka berjuang untuk negara Mesir dengan mati-matian, sebab Mesir adalah bagian dari dunia Islam dan pemimpinnya adalah ummat Islam. Tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka juga berbuat demikian terhadap setiap tanah dan negara Islam yang lain. Sedangkan para pejuang nasionalis berjuang untuk bangsanya saja,"

Begitu kuat pengaruh cinta kepada dunia, sehingga atas nama cinta seorang Khalid bin Walid, laki laki besar dalam sejarah Islam, bisa 'takluk' kepada dunia.
Berkata Khalid, hanya karena cintanya terhadap dua hal sajalah yang sanggup membuatnya 'betah' berada di dunia, yang pertama cintanya yang menelaga terhadap istri tercinta, dan yang ke dua cintanya untuk berjihad membela agama Allah.
Bahkan atas nama cinta, Allah menjamin 2 golongan dari 7 yang dijamin-Nya akan memperoleh naungan-Nya di saat tidak ada naungan selain Naungan Allah, yaitu seorang yang di masa mudanya mencintai masjid dan dua pasang kekasih yang saling mencinta karena Allah.
Secara global Imam Syafi'i menggambarkan sosok orang yang terbukti sedang jatuh cinta dengan, "Seseorang akan mencintai apa apa yang dicintai oleh orang yang dicintainya."
Lebih konkrit, gerakan perjuangan Palestina menggambarkan karakterisitk orang yang telah teruji cintanya dan imannya dengan parameter shalat berjamaah di masjid untuk penilaian kelulusan pelaksanakan amanah mulia berupa aksi mengejar syuhada.

Dan atas nama cinta, Zaid bin Tsabit berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Duhai alangkah baiknya negeri Syam itu (Palestina), duhai alangkah baiknya negeri Syam itu." Para shahabat kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa Engkau memuji Syam seperti itu?" "Para malaikat membentangkan sayapnya atas kota Syam tersebut," jawab Nabi selanjutnya. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Jadi kira kira apa bukti cinta orang-orang yang berkata, "Aku Bicara Atas Nama Cinta"?
Abu Syahidah

Jazakillah ade', das versuche ich noch InsyaAllah, mach du'a fur uns alle

Apa Pantas Berharap Surga?

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan: "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan". Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?
Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.
Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?
Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya. Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.
Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?
Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?
Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?
Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah? Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan.
Astaghfirullaah ...

Amal yang Tetap Bermakna

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan. Allaahuakbar.***
Bundel by UGLY --- Jan '02
Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas beramalnya dalam kondisi ada atau tidak ada orang yang memperhatikannya adalah sama saja. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru akan dilakukan lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya, apalagi bila orang tersebut dihormati dan disegani.
Sungguh suatu keberuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang ikhlas ini. Betapa tidak? Orang-orang yang ikhlas akan senantiasa dianugerahi pahala, bahkan bagi orang-orang ikhlas, amal-amal mubah pun pahalanya akan berubah jadi pahala amalan sunah atau wajib. Hal ini akibat niatnya yang bagus.
Maka, bagi orang-orang yang ikhlas, dia tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia kemas niatnya lurus kepada ALLOH saja. Kalau hendak duduk di kursi diucapkannya, "
Bismilahirrahmanirrahiim, ya ALLOH semoga aktivitas duduk ini menjadi amal kebaikan". Lisannya yang bening senantiasa memuji ALLOH atas nikmatnya berupa karunia bisa duduk sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan kepenatan. Jadilah aktivitas duduk ini sarana taqarrub kepada ALLOH.
Karena banyak pula orang yang melakukan aktivitas duduk, namun tidak mendapatkan pertambahan nilai apapun, selain menaruh [maaf!] pantat di kursi. Tidak usah heran bila suatu saat ALLOH memberi peringatan dengan sakit ambaien atau bisul, sekedar kenang-kenangan bahwa aktivitas duduk adalah anugerah nikmat yang ALLOH karuniakan kepada kita.
Begitupun ketika makan, sempurnakan niat dalam hati, sebab sudah seharusnya di lubuk hati yang paling dalam kita meyakini bahwa ALLOH-lah yang memberi makan tiap hari, tiada satu hari pun yang luput dari limpahan curahan nikmatnya.
Kalau membeli sesuatu, perhitungkan juga bahwa apa yang dibeli diniatkan karena ALLOH. Ketika membeli kendaraan, niatkan karena ALLOH. Karena menurut Rasulullah SAW, kendaraan itu ada tiga jenis, 1) Kendaraan untuk ALLOH, 2) Kendaraan untuk setan, 3) Kendaraan untuk dirinya sendiri. Apa cirinya? Kalau niatnya benar, dipakai untuk maslahat ibadah, maslahat agama, maka inilah kendaraan untuk ALLOH. Tapi kalau sekedar untuk pamer, ria, ujub, maka inilah kendaraan untuk setan. Sedangkan kendaraan untuk dirinya sendiri, misakan kuda dipelihara, dikembangbiakan, dipakai tanpa niat, maka inilah kendaran untuk diri sendiri.
Pastikan bahwa jikalau kita membeli kendaraan, niat kita tiada lain hanyalah karena ALLOH. Karenanya bermohon saja kepada ALLOH, "Ya ALLOH saya butuh kendaraan yang layak, yang bisa meringankan untuk menuntut ilmu, yang bisa meringankan untuk berbuat amal, yang bisa meringankan dalam menjaga amanah". Subhanallah bagi orang yang telah meniatkan seperti ini, maka, bensinnya, tempat duduknya, shockbreaker-nya, dan semuanya dari kendaraan itu ada dalam timbangan kebaikan, insya ALLOH. Sebaliknya jika digunakan untuk maksiyat, maka kita juga yang akan menanggungnya.
Kedahsyatan lain dari seorang hamba yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun sebenarnya belum menyempurnakan amalnya, bahkan belum mengamalkanya. Inilah istimewanya amalan orang yang ikhlas. Suatu saat hati sudah meniatkan mau bangun malam untuk tahajud, "Ya ALLOH saya ingin tahajud, bangunkan jam 03. 30 ya ALLOH". Weker pun diputar, istri diberi tahu, "Mah, kalau mamah bangun duluan, bangunkan Papah. Jam setengah empat kita akan tahajud. Ya ALLOH saya ingin bisa bersujud kepadamu di waktu ijabahnya doa". Berdoa dan tidurlah ia dengan tekad bulat akan bangun tahajud.
Sayangnya, ketika terbangun ternyata sudah azan subuh. Bagi hamba yang ikhlas, justru dia akan gembira bercampur sedih. Sedih karena tidak kebagian shalat tahajud dan gembira karena ia masih kebagian pahalanya. Bagi orang yang sudah berniat untuk tahajud dan tidak dibangunkan oleh ALOH, maka kalau ia sudah bertekad, ALLOH pasti akan memberikan pahalanya. Mungkin ALLOH tahu, hari-hari yang kita lalui akan menguras banyak tenaga. ALLOH Mahatahu apa yang akan terjadi, ALLOH juga Mahatahu bahwa kita mungkin telah defisit energi karena kesibukan kita terlalu banyak. Hanya ALLOH-lah yang menidurkan kita dengan pulas.
Sungguh apapun amal yang dilakukan seorang hamba yang ikhlas akan tetap bermakna, akan tetap bernilai, dan akan tetap mendapatkan balasan pahala yang setimpal. Subhanallah. ***
Bundel by UGLY

ALLAH SWT TAHU KALAU KITA SIBUK

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan akan meneguhkan kedudukanmu”
(QS. Muhammad : 7)

Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Sebagai seorang kader dakwah atau aktivis mahasiswa yang berjuang membawa panji Islam, sudah seharusnyalah kita mempunyai hubungan yang kokoh dan kuat dengan Allah SWT (Quwwatush-shilah billah). Dan sesungguhnya, kalau kita sadari ada banyak sarana yang bisa kita jadikan sebagai opsi atau pilihan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hubungan tersebut.
Di dalam buku Al Mustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus, Al Ustadz Said Hawwa menuliskan paling tidak ada 13 sarana yang bisa kita jadikan sebagi wasilah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Mulai dari shalat, zakat-infak-shodaqoh, shaum, haji, tilawah Qur’an, dzikrullah, tafakkur alam dan seterusnya.
Meskipun demikian, kita masih sering merasakan adanya kekeringan ruhani, apalagi ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas kita di kampus disaat-saat kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru seperti sekarang(OSPEK, MENTORING, etc). Hal tersebut wajar, karena kita memang sangat jarang mengaliri qalbu kita dengan siraman-siraman ruhani berupa sarana-sarana yang telah disediakan oleh Allah SWT tersebut. Atau istilah HP-nya, kita jarang mengeces baterai-baterai ruhani kita dengan amaliyah tersebut.
Alasan yang sering kita kemukakan selalu sama dan klasik : sibuk-lah, repot-lah, banyak rapat dan agenda kegiatan lain (yang insya Allah juga untuk kepentingan dakwah Illalah-red), alias susah mendapatkan waktu senggang untuk menyiram tanaman ruhiyah kita.

Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Kadangkala kalau kita berkumpul dengan sesama ikhwah, sesama kader dakwah, aktivis mahasiswa yang komitmen dengan nilai-nilai Islam--entah dalam majelis ilmu, halaqoh pekanan, syuro’ atau majelis-majelis zikir yang lain-- kita merasa mendapatkan setetes embun kesejukan di tengah gersangnya hati kita dan seolah kita mendapatkan siraman air hujan di tengah teriknya padang pasir, dan ketika itu kita ingat bahwa ruhiyah kita sedang sangat kekeringan dan dalam hati kita bertekad untuk mencoba melakukan amal-amal kebaikan yang dapat mengantarkan kita untuk terus mendapatkan nuansa kesejukan itu.

Namun, Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Apa yang terjadi begitu kita keluar dari majelis-majelis tersebut ..?, ketika kita kembali bertemu dengan aktivitas yang menumpuk…?, ketika kita kembali di tengah-tengah kondisi yang ternyata tidak mendukung kita untuk tetap istiqomah…?. Ternyata, kita kembali menjadi manusia-manusia yang sibuk, bahkan manusia super sibuk (mudah-mudahan tidak menjadi manusia yang sok sibuk) dan kita lupakan sebuah niatan kita untuk melakukan siraman-siraman yang bisa menyuburkan iman kita.
Namun, kita perlu mengingat bahwa kesibukan kita tidak berarti meninggalkan langkah-langkah kita untuk melakukan siraman-siraman dan pengecesan baterai ruhiyah kita. Dan yang perlu kita sadari bahwa kesibukan kita tidaklah akan pernah selesai, karena sebagai seorang muslim kita harus berprinsip, bahwa istirahat kita adalah perpindahan dari satu aktivitas ke aktivias yang lain, dan istirahat yang sejati kita adalah ketika kita bertemu dengan maut dalam keadaan siap untuk mempersembahkan amal-amal yang terbaik untuk kita pertanggungjawabkan di hadapan Rabb kita. Insya Allah.. . Dan ingatlah sebuah pesan dari Al Imam Hassan Al Banna, bahwa “Kewajiban dakwah kita lebih banyak dari waktu yang tersedia”.

Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Mari kita renungkan bersama satu firman Allah SWT berikut ini :
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang ynag bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringnan kepada kamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan ornaa-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian nikmat Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang dijalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an itu dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengn pinjaman ynag baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al Muzzamil :20).

Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa :
- Allah SWTmnegetahui bahwa kemampuan kita dalam berqiyyamulllail berbeda–beda, ada yang hampir mampu mencapai 2/3 malam, ada yang mampu setengah malam, dan ada pula yang sepertiga malam.
- Allah SWT-lah yang menentukan ukuran-ukuran siang dan malam.
- Allah SWT menegtahui bahwa kita ini lemah dan tidak akan mampu melakukan kewajiban (ya……KEWAJIBAN, karena waktu itu qiyyamullail setengah malam adalah kewajiban kaum muslimin).
- Allah SWT mengetahui bahwa diantara kita ada yang sakit, ada yang sibuk mencari ma’isyah, ada pula yang sibuk berperang fii sabilillah..
Meskipun Allah SWT mengetahui kesibukan kita, namun Dia tetap memerintahkan kepada kita untuk :
membaca Al Qur’an (bahkan diulang sampai 2 kali) sesuai dengan kemudahan kita.
Menegakkan shalat
Membayar zakat
Memberikan pinjaman yang baik kepada Allah SWT (sedekah dan semacamnya)
Banyak-banyak beristighfar
Artinya, kalau kita kita sesuaikan dengan kondisi kita saat ini, betapapun kesibukan yang melanda kita, padatnya agenda aktivitas kita dan banyaknya jadwal rapat ini dan koordinasi itu, kita tidak boleh melupakan tugas menyirami ruhiyah kita dan mengecesnya dengan berbagai sarana yang ada.
Ada banyak cara yang ditawarkan Islam agar kita tetap bisa mendapatkan kesempatan melakukan siraman dan penyegaran ruhiyah kita. Diantaranya adalah :
Kita harus men-split waktu-waktu yang kita miliki agar muncul menjadi beberapa saat, sehingga dihadapan kita akan muncul sederet waktu yang bisa kita daya gunakan.
Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW. Waktu itu ada seorang sahabat bernama Hanzhalah yang bertemu sahabat Abu Bakar Ash-shidiq radhiyallahu ‘anhu. Begitu bertemu, Hanzhalah berkata kepada Abu Bakar, ”Nafaqa Hanzhalah” (Hanzhalah menjadi munafiq). Mendengar pernyataan seperti itu Abu Bakar kaget, lalu bertanya, ”Kenapa ?”. Hanzhalah menjawab “Kalau saya berada di majelis Rasulullah SAW, seakan saya melihat dengan mata kepala sendiri suasana surga dan neraka, akan tetapi ketika saya bertemu dengan anak-anak dan istri saya, saya semua lupa apa yang saya rasakan tadi”. Mendengar penjelasan seperti itu, Abu Bakar berkata, “Kalau begitu, sama seperti saya.”. Singkat cerita mereka menghadap Rasulullah saw dan menceritakan perasaan dan problem mereka, nabi saw menjawab :”………, akan tetapi sa-’ah wa sa’-ah”. Maksudnya bagilah (split-lah) waktumu agar ada saat untuk ini dan ada saat untuk itu. (HR. Bukhari).

Kita harus pandai memanfaatkan “serpihan-serpihan” waktu kita dan mendayagunakannya untuk melakukan siraman ruhiyah kita dan pengecesan baterai qalbu kita. Daripada sibuk mencari obyek untuk “cuci mata”, lebih baik kita menyibukkan diri kita dengan berdzikir sambil berjalan ke kampus. Daripada melamun hal-hal jorok, mungkin kita bisa tilawah qur’an atau membaca buku sambil menunggu teman lain yang belum datang untuk rapat, dan banyak peluang kebaikan yang lain yang sesungguhnya bisa kita siasati, jika kita bersungguh-sungguh.
Pada suatu ketika Rasulullah saw memperingatkan kita dengan sabdanya : “Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang memberat-beratkan diri sendiri kecuali agama itu akan mengalahkannya, karenanya luruskan langkah dan kokohkan, berusahalah untuk selalu mendekati (target ideal), bergembiralah (jangan pesimis) dan meminta tolonglah dengan waktu pagi, waktu sore dan sedikit malam”. (HR Bukhari).

Ikhwah fillah rahimakumullah….,
Terakhir sekali, kita harus pandai mendiversivikasi kegiatan/aktivitas kita dengan berbagai ragam kegiatan agar tidak cepat bosan, ingatlah bahwa, “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan bosan sehingga kita bosan, dan bebanilah jiwa ini sesuai dengan kadar kemampuannya dan bahwasanya amal yang paling dicintai Allah SWT adalah yang kontinu” (HR Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’i).
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, bimbingan dan kekuatan kepada kita untuk istiqomah diatas jalan-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita mencapai jannah-Nya. Amiin.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Musyaffa Ahmad Rahim dalam buku Rambu-rambu Amal)


“Dan katakanlah, ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS At Taubah :105)

Aku Makin Cantik Hari Ini


Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin. Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan beBeTean seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputus asaan dan kehilangan harapan.
Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini!
Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari dan menyanyi, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalahan mempengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Dan itu telah membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Dan kini kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali.
Bahagianya aku karenanya! Dan bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja.
***
Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan.
Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja.
Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan. Saat kita bisa menahan diri terhadapa sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang.
Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. Hidup tidaklah berjalan seperti yang kita inginkan, karena itu melewati saat-saat yang tidak meneyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan. Misalnya, sesungguhnya aku adalah seorang yang sangat emosional. Adalah membahagiakan bagiku ketika dalam banyak hal akhir-akhir ini aku dapat meredam emosiku.
Dan itu membuat aku merasa cantik sekali. Aku adalah seorang yang sangat ekspresif, sehingga perasaan apapun yang tersimpan di hati akan nampak dengan jelas pada bahasa tubuh. Maka sungguh membahagiakan ketika dalam banyak hal kemudian aku dapat menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan dapat tetap tampil stabil.
Dan sungguh, aku merasa makin cantik karenanya. Adalah hal yang menyenangkan ketika aku tidak panik, padahal aslinya aku adalah seorang yang gampang panik. Maka sungguh menyenangkan, ketika aku dapat mengontrol semua emosi, pikiran dan perasaan sehingga berhasil mengatasi diri sendiri. Betapa membahagiakan tatkala kita berhasil mengalahkan diri sendiri. Ketika aku dapat melakukannya, maka ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku.
Hingga kemudian kegagalan-kegalan yang telah kita lalui bukanlah sesuatu yang sia-sia. Selama kita tak kehilangan pelajaran dari kegagalan yang kita alami, semua itu akan menjadi bukti sejarah atas pembelajaran hidup. Rasulullah bersabda, sesungguhnya seorang muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun mereka yang tiap kali melakukan kesalahan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tak perlu ada sakit hati, tak perlu ada kecewa karena sesungguhnya segala sesuatu bagi orang muslim adalah baik saja, selama dia bersyukur tiap mendapat nikmat dan sabar saat tertimpa musibah.
Karena itu, dengan bangga kunyatakan, aku makin cantik hari ini. Apakah engkau juga? Hei, jangan lupa, ingatkan daku jika engkau melihatku lebih jelek esok hari!
Azimah Rahayu
azi_75@yahoo.com