17 August 2010

Kepompong Kupu-kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Orang itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya kupu-kupu itu telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya. Namun, kupu-kupu itu mempunyai tubuh gembung dan kecil serta sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu itu, yang mungkin akan berkembang.

Namun semuanya tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya mohon Kekuatan ... Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.

Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon Kemakmuran ... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.

Saya memohon Keteguhan hati ...Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.

Saya memohon Cinta ... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya memohon Kemurahan/Kebaikan hati ... Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

Terima kasih ya Allah.

(Sumber : http://www.muslimsources.com/id/NEWS/detail.php?cat=1&iid=194)

Surat Dari Sang Maha Pencipta


Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan
berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata
meminta pendapatKU atau
bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal yang indah
yang terjadi dalam
hidupmu hari ini atau kemarin.

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi
bekerja. AKU kembali menanti saat engkau sedang
bersiap, AKU tahu akan
ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan
menyapaKU, tetapi engkau
terlalu sibuk.

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama
lima belas menit
tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU melihat
engkau menggerakkan
kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara
kepadaKU tetapi engkau
berlari ke telephone, dan menelepone seseorang
teman untuk mendengarkan
gosip terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi
bekerja dan AKU
menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua
kegiatanmu AKU
berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu
kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang ke
sekeliling, mungkin
engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU,
itulah sebabnya mengapa
engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau
memandang tiga atau empat
meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu
berbicara dan menyebut
namaKU dengan lembut sebelum mereka menyantap
rizki yang AKU berikan,
tetapi engkau tidak melakukannya. Yah, tidak
apa-apa masih ada waktu
yang tersisa dan aku berharap engkau akan
berbicara kepadaKU, meskipun
saat engkau pulang kerumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang
harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, AKU
tidak tahu apakah
kau suka menonton TV atau tidak, hanya saja engkau
selalu kesana dan
menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya,
tanpa memikirkan
apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan.
Kembali AKU menanti
dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati
makananmu tetapi
kembali kau tidak berbicara kepadaKU.

Saat tidur KUpikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan
selamat malam kepada keluargamu, kau melompat
ketempat tidur dan
tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Tidak
apa-apa karena
mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu
hadir untukmu. AKU
telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin
mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang
lain. AKU sangat
menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah
kata, do'a, pikiran
atau ucapan syukur dari hatimu. Baiklah, engkau
bangun kembali dan
kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari
ini kau akan
memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU.

Tapi yang AKU tunggu...ah, tak jua kau menyapaKU.
Dari detik ke detik,
dari menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari
berganti lagi, kau
masih mengacuhkan AKU. Tak ada sepatah kata, tak
ada seucap do'a, dan
tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk
bersujud kepadaKU.

Apakah salahKU padamu? Rizki yang AKU limpahkan,
kesehatan yang AKU
berikan, harta yang AKU relakan, makanan yang AKU
hidangkan, anak-anak
yang AKU rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu
ingat kepadaKU?
Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap
berharap suatu saat
engkau akan menyapaKU, memohon perlindunganKU, dan
bersujud
menghadapKU.

Yang selalu menyertaimu setiap saat,
ALLAH SWT.

Taushiyah dari Muslimah


Dari seorang muslimah yang meyampaikan nasihat untuk saudara2ku sesama Muslim,
di manapun Anda berada.

Assalaamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Wahai saudaraku seakidah yang belum pernah kulihat dan belum kukenal.Aku memuji Allah Ta’ala yang telah memberikan motivasi kepadamu untuk membaca suratku ini dan saya berharap Anda tetap bersamaku hingga akhir surat ini…

Maafkanlah saya jika Anda menjumpai kekasaran dalam surat ini.Ia tak lebih keluar dari hati yang mengasihi dirimu..

Wahai saudaraku seakidah…

Saya sungguh merasa sedih melihat banyaknya manusia di sekitarku melakukan perbuatan tercela dengan menjalin hubungan yang di haramkan oleh Allah. Hatiku menangis, pertama kali menangisi saudara2 ikhwan dan akhwat. Bagaimana sebahagian mereka telah berani berbicara mesra dengan yg bukan mahramnya? Bagaimana mereka meremehkan maksiat yg mengubur rasa malu? Bagaimana mereka berlalu di jalan untuk menyebar kekejian? Jalan yg di perindah oleh syetan, tetapi diancam oleh Yang Maha Penyayang? Bagaimana mereka menghancurkan pembatas pergaulan yg mulia, yg menjaga agama dan kehormatannya.

Begitukah cara dia mendurhakai agama? Mengapa dia cepat2 ingin menikmati kelezatan yg di haramkan? Seandainya dia mau bersabar tentu akan memperolehnya juga saat setelah pernikahan, di bawah ikatan syara’ yg bersih dan suci.

Dan apakah saudaraku seakidah belum mendengarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “ Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa, kaki zinanya melangkah dan hati zinanya berhasrat dan berharap. Semua itu di benarkan oleh kelamin atau di gagalkannya.”

Saudaraku…

Waspadalah, terus menerus berbuat maksiat akan mengakibatkan pandangan bahwa maksiat itu baik. Siapa yg selalu melakukannya maka ia tidak akan melihat keburukannya, sebab telah menjadi kebiasaan baginya, dan dengan melakukannya berulang kali tanpa di sertai permohonan ampun maka akan mengakibatkan matinya hati. Bahkan mungkin ia melakukan dosa besar yg paling buruk tetapi dia tertawa tak peduli, sebab hatinya telah ditutup.

Mengapakah saudaraku seakidah mencari berbagai kenikmatan ini dengan jalan maksiat, sedang Allah telah menghalalkannya dgn jalan pernikahan? Jalan fitrah yg suci. Jalannya orang2 yg menahan diri dari berbagai kemungkaran. Jalan yg dengan hati dan anggota tubuh menjadi bersih. Kenapa usaha keras dan waktu di korbankan, sehingga seseorang sengsara demi memburu kekasih dan bukan isteri/suami.

Pamer ketampanan/kecantikan adalah langkah kemungkaran kekasih Anda yang pertama. Anda mengatakan, kekasih Anda itu jujur, dia berbeda dengan pemuda/gadis lainnya. “ Dia mengaku kepadaku bahwa dengan gadis2/pemuda2 lain ia hanya sekedar iseng. Bagaimana aku tidak harus mempercayai kesungguhan cintanya ?”

Saya katakan, sesungguhnya seorang pendosa terkadang mengakui dosa2-nya, apakah aku menghormati dan memuliakannya sebab dia telah dengan jujur mengakui dosanya meskipun belum bertaubat? Bukankan Rasulullah SAW telah memperingatkan dengan keras, “ Janganlah kamu sekali2 masuk kepada wanita2.” [Muttafiq Alaih ]

Dan setiap pemuda/pemudi hendaknya jalan hidupnya tidak meniru sinetron2 atau telenovela murahan yg di persaksikan di hadapan mata.Sungguh sandiwara tidak sama dengan kehidupan nyata.

Saudaraku seakidah..

Suara Anda yang lembut, ungkapan kalimat2 Anda yang indah dan segenap cinta Anda seyogyanya hanyalah Anda berikan kepada seorang laki2/wanita saja. Dia adalah suami/isteri Anda yang shaleh. Dan itu adalah panggilan fitrahmu, juga keluargamu. Jauhkanlah dirimu dari berbagai maksiat dan apa yang di haramkan Allah, seperti film dan nyanyian haram yg bisa menimbulakan nifaq dalam hati.

Perasaan yang ada dalam hatimu untuk kekasihmu bukanlah cinta yang sesungguhnya. Demi Allah, seandainya hatimu penuh dengan cinta kepada Allah, niscaya engkau tidak akan mendapati dalam hatimu rasa cinta kepada tukang maksiat selamanya…

Islam telah melarang di dekatinya faktor2 yang dapat menimbulkan cinta membabi buta pada sang kekasih,di antaranya :

  1. Kecanduan memandang lawan jenis.
  2. Iklhtilah dan pertemuan bersama lawan jenis. Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa berkata : “ Cinta akan semakin membara dgn semakin seringnya Memandang, bertemu dan bercakap2.”
  3. Mendengarkan syair2 dan nyanyian tentang cinta, sebab ia akan membuai jiwa dengan bayangan orang yang dirindukannya.
Saudaraku seakidah….
Sesungguhnya seorang pemuda yang shaleh, jka hatinya jatuh pada seorang gadis, entah karena mendengar kebaikannya atau karena melihatnya secara tak sengaja, maka ia akan melamar atau berusaha menikahinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak tampak dua orang yang saling mencintai seperti [yang sudah terikat] dengan pernikahan.”

Saudaraku seakidah…
Adalah mustahil hati yang cinta kepada Allah pada saat yang sama bercinta pula dengan lawan jenisnya. Salah satu daripadanya harus keluar dari hati. Kedua macam cinta itu tak mungkin bertemu dalam satu hati. Dan siapa yang mencintai selain Allah maka ia akan di siksa dengan cinta kepada selain-Nya itu. Dia akan selalu merasa sengsara. Jika sang kekasih jauh, ia menangis karena rindu. Jika dekat, ia menangis karena takut berpisah. Dan pikirannya selalu sibuk tentang sang kekasih, hatinya selalu sibuk dengannya, sibuk dengan pikiran2 yang dangkal.

Kembalillah pada Allah, karena cinta-Nya abadi. Dan jika engkau berniat untuk bertaubat, waspadalah ! Karena setan terkadang menghalangimu dari jalan taubat. Ia akan mengingatkan masa lalumu dengan lawan jenismu itu, menakut-nakutimu bahwa engkau tak akan bisa melupakannya sehingga engkau meninggalkan jalan kebenaran dan petunjuk. Jika terbetik godaan2 seperti itu maka segeralah berlindung pada Allah daripadanya. Secara yakin saya katakan, dengan pertolongan Allah, kesedihanmu berpisah dengannya tidak akan berlanjut, ia akan berakhir. Dan ingatlah, bahwa mengulur-ulur taubat merupakan dosa tersendiri yang wajib di taubati.

Saudaraku, akhirnya saya ingin membisikkan sesuatu di telingamu : Anda sekarang berada di masa muda, yang oleh orang2 disebut sebagai “masa penuh bunga.” Berikanlah masa mudamu ini untuk Allah. Demi Allah, engkau akan di tanya tentang lima hal pada hari kiamat, diantaranya…. “Tentang masa mudanya untuk apa ia habiskan.. “ Apa jawaban yang akan Anda berikan? Karena itu, jangan engkau lewatkan kesempatanmu. Kita harus takut pada masa muda kita, sebab ia sangat cepat berlalu dari kehidupan kita.

Saudaraku seakidah, janganlah engkau mengkhianati calon suami/isterimu kelak, meskipun engkau belum tahu siapa dia. Jangan membiarkan dirimu terjerumus dengan apa yang disebut ‘ pacaran ‘ .Pantaskah dia menjadi seorang suami/isteri, sementara dia berani menjalin hubungan dengan pria/wanita bukan mahram. Tidak, demi Allah, manmu sendiri lebih utama, dirimu sendiri lebih utama dari itu. Lelaki/perempuan itu namanya tidak tercatat dalam ingatanmu, juga tidak alamat atau nomor telefonnya. Ia hanya deretan sifat2 akhlak baik yang jika terdapat pada diri seorang laki2 yang melamar maka dialah calon suami/isteri. Jika belum ada maka tidak ada ketergantungan apapun kepada seseorang.

Wassalaamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh ..

Buku ‘Telefon Cinta’,oleh Ummu Abdirrahman Binti Abdillah

Terus Terang Lebih Baik


Entah sudah berapa lama Rani menyimpan perasaannya sendiri. Adi, suami yang menikahinya setahun lalu sama sekali tidak tahu. Rani sendiri bingung, mengapa sampai saat ini ia merasa belum bisa 'menerima secara penuh' Adi sebagai suami. Padahal dulu ketika Adi 'ditawarkan' oleh Tika, sahabat dekatnya, ia dengan yakin bisa menerima Adi walaupun belum pernah kenal sebelumnya. Tetapi sekarang? Malah Rani jadi lebih sering teringat kepada Rudi, seseorang yang pernah mengisi hatinya sebelum ia memutuskan memaki busana muslimah. Rudi lebih tampan, lebih ekspresif dalam menunjukkan perasaannya, dan ini yang jauh perbedaannya dengan Adi, penghasilannya sebagai manajer sebuah perusahaan swasta jauh lebih besar dari penghasilan Adi yang bekerja sebagai dosen.

Apa yang terjadi pada Rani? Agaknya Rani memiliki harapan tersendiri mengenai 'sosok seorang suami'. Kelihatannya, sosok suami harapan Rani itu sangat dipengaruhi oleh figur yang pernah dekat dengannya, yaitu Rudi. Ketika memutuskan menerima Adi, boleh jadi sebenarnya ia mengharapkan Adi memiliki keadaan yang tidak berbeda atau minimal mendekati Rudi. Sayangnya, ketika masa perkenalan (ta'aruf) dulu Rani tidak berterus terang baik kepada Adi maupun Tika sahabatnya tentang keadaan dirinya yang pernah dekat dengan seseorang, juga tentang keinginannya terhadap sosok seorang suami. Akibatnya, karena mendapati Adi tidak seperti yang ia harapkan, sepanjang pernikahannya Rani terbayang-bayang terus oleh sosok Rudi. Sungguh kasihan! Ya, Rani patut dikasihani karena dua hal, pertama karena sikapnya yang tidak bisa menerima Adi dengan ikhlas akan terus membuatnya menderita lahir batin. Dan kedua, karena dengan membayangkan orang lain padahal ia telah bersuami jelas membuatnya berdosa!

Menjalani pernikahan tidak semudah membalik telapak tangan. Bayangkanlah, kita yang terbiasa mengurus diri sendiri, punya rutinitas sendiri, punya kebiasaan sendiri, punya kamar sendiri, setelah menikah harus merubah 'kesendirian' itu dengan serba 'berdua' dengan pasangan. Belum lagi bila ternyata kebiasaan pasangan berbeda dengan kebiasaan kita. Tetapi itu masalah kecil. Ada masalah yang lebih substansial berkaitan dengan 'hidup berdua'. Itulah masalah harapan, keinginan, cita-cita atau idealisme masing-masing. Terhadap apa? Bisa harapan terhadap pasangan, bisa terhadap pernikahan.
Tiap orang pasti mengharapkan pernikahannya bahagia, langgeng bukan hanya sampai kakek nenek, bahkan sampai akhirat. Kemudian tentang harapan terhadap pasangan. Sangat manusiawi jika seorang laki-laki menikah mengharapkan istri yang penuh perhatian, penuh kelembutan, tidak boros, penuh kasih sayang sekaligus teman diskusi yang 'nyambung'. Juga sangat wajar jika seorang perempuan menikah menginginkan suami yang sabar, perhatian, pengertian, tegar, punya kemampuan memberi nafkah. Ya, semua harapan itu manusiawi dan wajar.

Memiliki harapan atau keinginan atau idealisme itu tidaklah salah. Bahkan, tidak jarang harapan itu justru menjadi motivasi luar biasa bagi orang untuk bekerja keras, berjuang dan berkorban. Lantas, di mana letak masalahnya? Masalahnya adalah pertama, apakah kita menyadari bahwa untuk mencapai harapan itu perlu kerja keras, perjuangan bahkan pengorbanan? Kedua, apakah kita siap jika kemudian harapan itu tak bisa kita wujudkan?

Berterus Teranglah Pada Calon Pasangan Anda

Bagaimana membuat harapan Anda terhadap pernikahan dan pasangan dapat terwujud? Tentu perlu kerja keras, perjuangan dan pengorbanan. Tetapi, ingatlah sebenarnya semua dapat diawali dengan satu langkah penting, yaitu berterus terang. Ya, ketika Anda memutuskan untuk menerima seseorang sebagai calon pasangan Anda, apalagi bila Anda merasa blum terlalu mengenalnya berterus teranglah kepadanya tentang:

  1. Kepribadian, sifat, karakter, termasuk kelebihan dan kekurangan Anda. Kalau perlu buatlah semacam 'profil diri', deskripsikan diri Anda apa adanya, seobyektif mungkin.
  2. Persepsi atau pandangan Anda terhadap pernikahan. Misalnya bagi Anda pernikahan adalah ibadah, atau pernikahan adalah dakwah dan lain-lain.
  3. Keinginan Anda terhadap pernikahan. Misalnya, katakan terus terang bahwa Anda tidak ingin pernikahan membuat aktifitas Anda terhenti, bahkan sebaliknya, Anda ingin didukung. Atau, katakan Anda bersedia menjadi istri di rumah, bersedia untuk melepaskan semua aktifitas setelah menjadi istrinya. Apapun keinginan Anda, katakanlah dengan terus terang sebelum pernikahan terjadi!
  4. Harapan Anda tentang 'sosok seorang suami/istri'. Katakan saja Anda menginginkan seorang suami yang penyabar, penuh pengertian, pintar dan lain-lain. Jangan seperti Rani yang tidak punya keberanian untuk berterus terang tentang sosok suami yang ia inginkan.
  5. Kondisi orang tua Anda, termasuk harapan mereka. Misalnya orang tua Anda menginginkan calon menantu yang bukan hanya sudah bekerja, tapi juga berpenghasilan cukup. Tidak perlu takut dicap 'matre'. Dan kalau Anda sendiri tidak sependapat dengan orang tua Anda, katakan juga kepadanya dengan jelas.
  6. Jangan lupa, setelah Anda berterus terang tentang lima hal di atas, mintalah kesediaan calon Anda untuk melakukan hal yang sama! Ingatlah, pernikahan yang diawali dengan keterusterangan dari kedua belah pihak akan melahirkan kejelasan. Tidak seperti kata pepatah, 'seperti membeli kucing dalam karung'.
Apa yang terjadi setelah kedua belah pihak calon suami istri mendengar keterus terangan masing-masing? Ada beberapa kemungkinan, misalnya calon Anda akan terkaget-kaget lalu mengatakan ia akan pikir-pikir dulu. Kalau ini yang terjadi berikan ia batas waktu. Lalu jika kemudian ia membatalkan pinangannya? Tidak perlu gusar, berarti ia memang tidak siap menerima Anda apa adanya, dan menjadi jelas, dia bukan jodoh Anda.
Seperti sabda Rasulullah SAW, "Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit", berterus terang kepada calon pasangan memang berat, tetapi percayalah, keterusterangan akan membuat Anda tenang dan membantu Anda untuk menghadirkan keikhlasan dalam menerima calon pasangan Anda!
***

Tulisan ini diambil dari Majalah Safina Nomor 5/Th II Juli 2004